Perjalanan Karier SUGA (Min Yoongi) di Industri K-pop

Perjalanan Karier SUGA (Min Yoongi) di Industri K-pop

kakeriun.com, 01 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88 Suga BTS, Perjalanan Inspiratif dari Rapper Underground ke Superstar K-pop  - Hot Liputan6.com

Min Yoongi, yang lebih dikenal dengan nama panggung SUGA atau Agust D, adalah salah satu figur paling berpengaruh dalam industri K-pop. Sebagai anggota grup fenomenal BTS, SUGA telah menorehkan prestasi luar biasa sebagai rapper, penulis lagu, dan produser musik. Perjalanan kariernya dari seorang rapper underground di Daegu hingga menjadi superstar global adalah kisah inspiratif tentang kerja keras, dedikasi, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan. Artikel ini akan menguraikan secara mendalam perjalanan karier SUGA, dari masa kecilnya, perjuangan awal, debut bersama BTS, hingga pencapaian solo dan pengaruhnya dalam industri musik global.

Latar Belakang dan Masa Kecil 10 Potret Transformasi Min Yoongi alias Suga BTS

Min Yoongi lahir pada 9 Maret 1993 di Buk-gu, Daegu, Korea Selatan. Berasal dari keluarga sederhana dengan ekonomi menengah ke bawah, Yoongi tumbuh bersama kakak laki-lakinya, Min Geum Jae. Sejak kecil, ia menunjukkan minat besar pada musik, terutama setelah mendengarkan lagu “Reggae Muffin” oleh Stony Skunk dan “Fly” oleh Epik High, yang menginspirasinya untuk menjadi rapper. Pada usia 13 tahun, Yoongi mulai menulis lirik dan belajar tentang MIDI (Musical Instrument Digital Interface), yang menjadi dasar kemampuan produksi musiknya.

Selama masa sekolah, Yoongi juga aktif bermain basket, sebuah hobi yang tetap ia nikmati hingga dewasa. Namun, mimpinya untuk menjadi musisi tidak mendapat dukungan penuh dari orang tuanya, yang menginginkan ia mengejar karier stabil seperti pegawai negeri karena kekhawatiran akan ketidakpastian dunia seni. Meski menghadapi tentangan, Yoongi tetap teguh pada passion-nya, sering kali menulis lagu dan bekerja paruh waktu di studio rekaman untuk mengasah keterampilannya dan mengumpulkan uang untuk peralatan musik.

Awal Karier sebagai Rapper Underground K-Profile: 5 Rapper Underground Asal Korea Selatan | kumparan.com

Sebelum bergabung dengan BTS, Yoongi memulai kariernya sebagai rapper underground dengan nama panggung Gloss, bergabung dengan kru hip-hop lokal D-Town di Daegu. Ia tampil di berbagai acara kecil dan mulai membangun reputasi di komunitas musik underground. Pengalaman ini memperkaya kemampuan rap dan produksi musiknya, memberikan dasar teknis dan kreatif yang kuat. Namun, kehidupan sebagai rapper underground tidak mudah; ia sering kali menghadapi kesulitan finansial dan bahkan ditipu saat menjual lagu ciptaannya.

Pada tahun 2010, dengan tekad kuat, Yoongi pindah dari Daegu ke Seoul untuk mengejar mimpinya di industri musik. Ia mengikuti audisi di Big Hit Entertainment (sekarang HYBE), sebuah agensi kecil yang saat itu belum masuk dalam daftar tiga besar agensi K-pop. Yoongi berhasil lolos audisi, menempati posisi kedua dalam kontes rapper, dan diterima sebagai trainee sekaligus produser. Namun, perjuangannya belum berakhir. Selama masa trainee, ia tetap bekerja paruh waktu sebagai kurir pengantar makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebuah pekerjaan yang menyebabkan kecelakaan motor pada tahun 2010 yang melukai bahunya. Kecelakaan ini menjadi salah satu tantangan fisik dan emosional dalam perjalanannya.

Debut Bersama BTS Happy Namjoon Day! Perjalanan Karier RM BTS dari Rapper Underground hingga  Jadi Leader Idol Group Terbesar

Awalnya, Yoongi dijanjikan oleh CEO Big Hit, Bang Si Hyuk, untuk fokus pada produksi musik dengan minim koreografi. Namun, karena kemampuan rapnya yang luar biasa, ia ditawari untuk bergabung dengan boy group yang kemudian dikenal sebagai BTS. Setelah tiga tahun menjalani pelatihan intensif, Yoongi debut sebagai SUGA, anggota BTS, pada 13 Juni 2013, dengan lagu “No More Dream” dari album single 2 Cool 4 Skool. Nama panggung “SUhttp://www.kakeriun.com/GA” diberikan oleh Bang Si Hyuk, merujuk pada kulitnya yang pucat, senyumannya yang manis, dan posisinya sebagai shooting guard dalam basket.

Pada awal debut, BTS adalah grup underdog di industri K-pop yang didominasi oleh agensi besar seperti SM, YG, dan JYP. SUGA, bersama anggota lain (RM, Jin, J-Hope, Jimin, V, dan Jungkook), menghadapi tantangan besar, termasuk tuduhan manipulasi penjualan album dan minimnya dukungan finansial. Meski begitu, SUGA berperan penting dalam produksi musik BTS, menulis dan memproduksi lagu-lagu seperti “I Need U” (2015), yang menjadi kemenangan pertama BTS di acara musik The Show pada 5 Mei 2015, menandai titik balik dalam karier mereka.

Kontribusi sebagai Produser dan Penulis Lagu

SUGA dikenal sebagai salah satu otak kreatif di balik kesuksesan BTS. Ia telah berkontribusi dalam menulis dan memproduksi lebih dari 100 lagu untuk BTS, termasuk hits seperti “Boy With Luv”, “Telepathy”, dan “Life Goes On”. Kemampuan produksinya tidak hanya terbatas pada BTS; ia juga berkolaborasi dengan artis seperti IU (“Eight“), PSY (“That That“), dan Heize, serta memproduksi lagu untuk artis lain seperti Suran (“Wine”). Pada 2018, SUGA diakui sebagai anggota penuh Asosiasi Hak Cipta Musik Korea, sebuah prestasi langka untuk idol K-pop.

Studio pribadinya, yang dinamakan Genius Lab, menjadi pusat kreativitasnya. SUGA sering menghabiskan waktu berjam-jam di studio untuk menyempurnakan lagu-lagu BTS, yang dikenal karena liriknya yang mendalam tentang kesehatan mental, identitas, dan perjuangan generasi muda. Kontribusinya telah membantu BTS mendorong batas-batas K-pop, menggabungkan elemen hip-hop, EDM, dan pop dengan narasi yang autentik.

Karier Solo sebagai Agust D

Selain aktivitasnya bersama BTS, SUGA mengejar karier solo dengan nama panggung Agust D, yang merupakan kebalikan dari “SUGA” dan singkatan dari “Daegu Town” (DT). Pada Agustus 2016, ia merilis mixtape pertama, Agust D, yang menampilkan 10 lagu, termasuk “Agust D” dan “Give It to Me”. Mixtape ini mendapat pujian karena kejujuran liriknya, yang membahas kesehatan mental, perjuangan pribadi, dan ambisi. Video musik untuk lagu-lagu tersebut mencapai lebih dari 1 juta penayangan dalam waktu 12 jam.

Pada Mei 2020, SUGA merilis mixtape kedua, D-2, dengan single utama “Daechwita“, yang menggabungkan elemen tradisional Korea dengan hip-hop modern. D-2 sukses besar, mencapai posisi 11 di Billboard 200, 7 di UK Albums Chart, dan 2 di ARIA Album Chart Australia. Pada 21 April 2023, SUGA merilis album solo resmi pertamanya, D-DAY, yang debut di posisi 2 di Billboard 200, menjadikannya salah satu artis solo Korea dengan peringkat tertinggi bersama rekan BTS, Jimin. Album ini diikuti oleh tur solo dunia Agust D Tour pada 2023, termasuk konser selama tiga hari di ICE BSD, Indonesia, pada 26–28 Mei 2023.

Tantangan dan Kesehatan Mental

Perjalanan karier SUGA tidak lepas dari tantangan. Selain kesulitan finansial di masa muda, ia juga menghadapi masalah kesehatan mental, termasuk depresi, OCD, dan sosiophobia. Dalam wawancara dengan Rolling Stone dan Weverse Magazine, ia berbicara terbuka tentang perjuangannya, termasuk tekanan industri K-pop yang menuntut jadwal padat dan kelelahan fisik. SUGA juga mengalami cedera bahu akibat kecelakaan motor pada 2010, yang membutuhkan operasi pada 2020, serta operasi usus buntu pada 2013.

Meski begitu, SUGA menggunakan pengalamannya untuk mengadvokasi kesadaran kesehatan mental melalui musiknya. Lagu-lagu seperti “The Last” dari mixtape Agust D dan “Amygdala” dari D-DAY mencerminkan perjuangan pribadinya, menginspirasi penggemar untuk menghadapi tantangan mereka sendiri. Ia juga aktif dalam kegiatan filantropi, menyumbangkan dana untuk komunitas yang membutuhkan, seperti bantuan untuk anak-anak kurang mampu di Daegu.

Pengaruh dan Pencapaian

SUGA telah mencapai banyak milestone dalam kariernya. Hingga Januari 2025, ia menjadi produser idol pertama yang melampaui 5 miliar streaming di Spotify untuk semua karya di bawah nama SUGA dan Agust D. Ia juga memegang rekor sebagai solois K-pop dengan lagu terbanyak (30 lagu) yang melampaui 50 juta streaming di Spotify.

Sebagai bagian dari BTS, SUGA telah membantu grup ini memenangkan berbagai penghargaan, termasuk American Music Awards, Billboard Music Awards, dan nominasi Grammy. BTS juga menjadi duta budaya Korea, berbicara di Sidang Umum PBB dan mempromosikan kampanye seperti Love Myself bersama UNICEF. Secara individu, SUGA diakui sebagai salah satu kolaborator paling dicari di industri musik, bekerja dengan artis global dan lokal.

Kritik terhadap Industri K-pop

SUGA juga dikenal vokal dalam mengkritik aspek-aspek industri K-pop. Dalam wawancara dengan Weverse Magazine, ia menyoroti tekanan berat yang dihadapi artis, termasuk jadwal promosi yang melelahkan dan kurangnya otonomi kreatif. Ia menyerukan perubahan dalam sistem industri, menekankan pentingnya mendengarkan pandangan artis dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat. Kritiknya mencerminkan pengalamannya sebagai produser dan artis yang ingin mendorong inovasi dan kesejahteraan dalam industri.

Kehidupan Pribadi dan Citra Publik

Meski dikenal dengan citra “dingin” dan julukan seperti “Motionless Min” karena kecenderungannya untuk bersantai saat tidak bekerja, SUGA memiliki kepribadian hangat yang disukai penggemar. Ia memiliki anjing poodle bernama Holly, yang sering muncul di media sosialnya. SUGA juga dikenal sebagai “Grandpa of BTS” karena sikapnya yang bijaksana dan humornya yang “savage”.

Rumor kencan dengan penyanyi Suran pada 2018 sempat mencuat, tetapi dibantah oleh SUGA, Suran, dan Big Hit Entertainment, yang menegaskan bahwa hubungan mereka murni profesional. Fokus SUGA tetap pada musik dan penggemarnya, yang dikenal sebagai ARMY.

Kesimpulan

Perjalanan karier SUGA (Min Yoongi) di industri K-pop adalah bukti nyata bahwa bakat, kerja keras, dan ketahanan dapat mengatasi berbagai rintangan. Dari rapper underground di Daegu hingga menjadi salah satu produser dan artis paling berpengaruh di dunia, SUGA telah mengubah lanskap K-pop melalui kontribusinya bersama BTS dan sebagai Agust D. Dengan lebih dari 5 miliar streaming di Spotify, album solo yang sukses, dan pengaruh global, ia terus menginspirasi jutaan penggemar dengan musiknya yang autentik dan pesan tentang ketahanan dan kesehatan mental. Meski menghadapi tantangan fisik, mental, dan industri, SUGA tetap menjadi jembatan antara underground dan mainstream, membuktikan bahwa impian besar dapat dicapai dengan dedikasi yang tak kenal lelah.

BACA JUGA: Pengertian dan Perbedaan Paham Komunisme Menurut Marxisme: Analisis Mendalam

BACA JUGA: Tim Berners-Lee: Pencetus World Wide Web dan Karya Revolusioner yang Mengubah Dunia

BACA JUGA: Dampak Positif dan Negatif Media Sosial di Era 2025: Peluang dan Tantangan dalam Kehidupan Digital